Korosi dalam istilah sehari-hari kita kenal sebagai peristiwa perkaratan.
Korosi ini sebenarnya merupakan peristiwa oksidasi logam oleh gas oksigen yang
ada di udara membentuk oksidanya.
Proses korosi banyak menimbulkan masalah pada barang-barang yang terbuat
dari besi walaupun logam-logam lain (kecuali logam mulia) dapat juga mengalami
korosi. Proses perkaratan pada besi dapat berlanjut terus sampai seluruh bagian
dari besi hancur. Hal ini disebabkan oksida-oksida besi yang terbentuk pada
peristiwa awal korosi akan menjadi katalis (otokatalis) pada peristiwa korosi selanjutnya.
Hal itu berbeda dengan peristiwa korosi pada logam Al atau Zn.
Logam-logam ini tidak mulia bahkan mempunyai nilai E° lebih kecil dari
besi berarti logam-logam ini lebih cepat teroksidasi. Namun oksida Al atau Zn
yang terbentuk melekat pada logam bagian dalam dan bersifat melindungi logam
dari proses korosi selanjutnya. Oleh sebab itu, logam Al atau Zn tidak akan
hancur karena korosi seperti pada logam besi.
Reaksi yang terjadi pada peristiwa korosi besi:
Pada
reaksi ini jelas terlihat Fe akan lebih cepat teroksidasi dengan adanya
molekul-molekul air yang dengan oksigen di udara berubah menjadi ion hidroksil.
Ion Fe2+ yang terbentuk dapat mengikat molekul-molekul air membentuk
hidrat atau berikatan dengan ion karbonat yang terbentuk dari CO2
dan uap air yang ada di udara.
Proses Korosi
Jika
besi bersinggungan dengan oksigen atau bersinggungan dengan logam lain dalam
lingkungan air akan terjadi sel elektrokimia di mana logam yang memiliki E°red lebih
cepat sebagai anode dan E°red yang lebih besar sebagai katode.
Logam
atau unsur yang berfungsi sebagai anode, karena mengalami reaksi oksidasi,
berarti yang mengalami korosi. Besi di udara akan berkarat, besi yang dilapisi seng,
maka sengnya yang berkorosi sedangkan besi yang dilapisi timah putih, maka
besinya yang mengalami korosi.
Reaksi oksidasi pada logam besi terjadi pada anoda. Selanjutnya, elektron
yang dihasilkan akan mengalir menuju katoda (bagian logam yang kurang reaktif )
yang akan mereduksi oksigen dan ion H+ di udara bebas sehingga menghasilkan air.
Air tersebut kemudian bereaksi kembali dengan oksigen
dan membentuk ion OH–. Perhatikan reaksi
berikut.
O2(g) + 2 H2O(l) + 4 e– ® 4OH–(aq) E = + 0,40 V
Kemudian, ion besi (II) yang terbentuk pada anoda teroksidasi membentuk
ion besi (III) sesuai persamaan berikut.
Fe2+(aq) ® Fe3+(aq) + e–
Hasil reaksi redoks pada logam besi adalah berupa senyawa oksida terhidrasi
F2O3 . xH2O (karat besi). Reaksi yang terjadi yaitu:
Untuk
melindungi besi dari karat, kita dapat memanfaatkan reaksi reduksi oksidasi. Perlindungan
ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain seperti berikut.
1.
Tin Plating
Tin plating yaitu pelapisan dengan timah,
dilakukan dengan elektrolisis yang dikenal dengan electroplating. Perlindungan dengan
timah hanya efektif jika lapisan utuh, jika lapisan timah ada yang rusak maka
timah justru mempercepat korosi besi.
2.
Galvanisasi
Galvanisasi
merupakan pelapisan dengan zink. Oleh karena potensial elektrode besi lebih
negatif daripada zink maka besi bertindak sebagai katode dan zink mengalami oksidasi.
3.
Cromium Plating
Cromium
plating merupakan pelapisan dengan kromium. Pelapisan ini menjadikan logam mengilap.
4.
Sacrificial Protection
Perlindungan
ini disebut juga pengorbanan anode, karena logam pelapisnya yaitu magnesium
lebih mudah berkarat daripada besi. Oleh karena itu, jika magnesium dikontakkan
dengan besi maka besi tidak berkarat sedangkan yang berkarat adalah magnesium.