Di alam terdapat tiga macam wujud zat, yakni padat, cair, dan gas. Jika
zat-zat tersebut saling melarut, maka akan terdapat sembilan sistem dispersi.Berdasarkan besarnya ukuran partikel zat terdispersi (zat terlarut), maka sistem dispersi dapat dikelompokkan menjadi:
1. Suspensi
2. Larutan koloid, dan
3. Larutan sejati
Table 3.1
macam-macam sistem dispersi
Zat terdispersi
|
Medium pendispersi
|
Wujud koloid
|
Contoh
|
Gas
|
Cair
|
Busa
|
Busa sabun,
|
Gas
|
Padat
|
Busa padat
|
Batu apung,
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol cair
|
Kabut, awan, aerosol
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Susu cair, coklat cair, saos.
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi padat
|
Keju, mentega, jeli.
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol padat
|
Asap, debu
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Cat, selai, air pati kelapa,
|
Padat
|
Padat
|
Sol padat
|
Paduan logam, kaca rubi.
|
Sifat-sifat koloid
Suatu campuran digolongkan kedalam sistem
koloid apabila memiliki sifat-sifat yang berbeda dari larutan sejati.
Sifat-sifat koloid antaralain yaitu.
a. Efek Tyndall
Partikel debu berukuran
sangat kecil sehingga partikelnya tidak dapat dilihat oleh mata, yang tampak
adalah cahaya yang dihamburkan oleh debu. Hamburan cahaya ini dinamakan efek
Tyndall.
Efek tyndall dapat digunakan untuk membedakan koloid dari larutan sejati,
sebab atom, molekul atau ion yang membentuk larutan tidak dapat menghamburkan
cahaya akibat ukurannya terlalu kecil. Penghamburan cahaya oleh suatu campuran
menunjukan bahwa campuran tersebut adalah suatu koloid, dimana ukuran
partikel-partikelnya lebih besar dari ukuran partikel dalam larutan, sehingga
dapat menghambrkan cahaya.
b. Gerak Brown
Jika mikroskop optis
diarahkan pada suatu dispersi koloid dengan arah tegak lurus terhadap berkas
cahaya maka akan tampak partikel-partikel koloid, tapi bukan sebagai partikel
dengan batas yang tegas melainkan sebagai bintik-bintik berkilauan.
Gerak brown pertamakali Gejalanya dilihat oleh seorang berkebangsaan
inggris yaitu Robert Brown pada tahun 1827. Brown tidak dapat menjelaskan
mengapa partikel koloid dapat begerak lurus dan berliuk. Baru pada tahun 1905
gerakan seperti itu dapat dianalisis secara matematis oleh Albert Einstein.
Einstein menunjukkan bahwa suatu partikel mikroskopik yang melayang dalam suatu
medium akan menunjukkan suatu gerakan acak seperti gerak brown akibat banyaknya
tumbukan antar molekul pada sisi-sisi partikel yang tidak sama.
c. Adsorpsi
Atom, molekul, atau ion
yang berkerumunan membentuk partikel koloid dapat memiliki sifat listrik pada
permukaannya. Sifat ini menunjukkan gaya Van der
waals, bahkan gaya
valensi yang dapat menarik dan mengikat atom-atom, molekul atau ion-ion dari
zat asing.
Penempelan zat asing pada permukaan suatu partikel koloid disebut
Adsorpsi. Banyaknya zat asing yang dapat diadsorpsi bergantung pada luas
permukaan partikel koloid, bila permukaan partikel koloid bermuatan positip
maka zat asing yang menempel harus bermuatan negative, begitu pula sebaliknya.
d. Kestabilan dan Koagulasi Koloid
Suatu sistem koloid
dapat bersifat stabil. Kestabilan ini disebabkan oleh adanya muatan listrik
pada permukaan partikel koloid. Muatan listrik pada partikel koloid berasal
dari ion atau medium yang teradsorpsi pada permukaan koloid.
Akibat yang ditimbulkan oleh partikel koloid bermuatan positif yaitu
partikel koloid satu dengan yang lainnyasaling berjauhan,sehingga tidak terjadi
penggunpalan. Dengan kata lain dispersi koloid bersifat stabil namun, dengan
dilakukannya penetralan muatan partikel koloid dapat menurunkan kestabilan koloid.
Penetralan muatan partikel koloid menyebabkan terjadnya penggabungan
partikel-partikel koloid menjadi suatu agregat sangat besar akibat gaya kohesi antar partikel
koloid. Proses pembentukan agregat parikel-partikel koloid hingga mencapai
ukuran partikel suspensi kasar dinamakan koagulasi atau penggumpalan dispersi
koloid.
e. Elektroforesis
Partikel koloid
mengandung muatan listrik. Muatan listrik ini diperoleh melalui proses adsorpsi
ion-ion dari medium pendispersinya. Akibat adanya muatan tersebutpartikel
koloid dapat bergerak dalam medan
listrik kea rah kutub yang muatannya berlawanan. Migrasi partikel koloid dalam medan listrik dikenal
dengan elektroforesis.
Sifat elektroforesis dari koloid dapat diterapkan untuk memisahkan
macam-macam protein dalam larutan dan juga biasa digunakan dalam industri.
f. Dialisis
Dialisis merupakan suatu
tekhnik pemurnian bedasarkan pada perbedaan ukuran partikelnya.Proses dialisis
sering diterapkan untuk memurnikan protein dari partikel lain yang ukurannya
lebih kecil dari protein.
Pembuatan sistem koloid
Pembuatan sistem
koloid dapat dilakukan dengan dua cara yaitu;
a. Cara kondensasi
Cara kondensasi merupakan cara pembuatan
sistem koloid dengan mengubah partikel-partikel larutan sejati menjadi
partikel-pertikel koloid. Cara kondensasi dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu;
1. Cara kimia
Pada cara kimia,
partikel-pertikel koloid dibentuk dari larutan sejati melalui reaksi kimia,
seperti hidrolisis, reaksi reduksi oksidasi, dan pengaruh konsentrasi
(pengenceran). Berikut contoh dengan menggunakan hidrolisis pada pembuatansol
Fe(OH)3
Beberapa tetes
larutan FeCl3 jenuh dimasukkan kedalam air mendidih, maka Fe3+
akan mengalami reaksi hidrolisis menjadi Fe(OH)3, reaksinya
FeCl3 (aq)
+ 3H2O (l) → Fe(OH)3
(s) +2H2O (l)
2. Cara fisika
Cara ini dapat dilakukan
dengan menurunkan kelarutan suatu zat terlarut, dengan cara mengubah pelarut
atau pendinginan.
Contoh:
Pada pembuatan
sol belerang yang larut dalam alcohol tetapi tidak larut dalam air. Bila
larutan jenuh belerang dalam alcohol dituang dalam air, maka akan terbentuk sol
belerang. Hal ini terjadi akibat menerunnya kelarutan belerang didalam campuran
tersebut.
b. Cara dispersi
Cara dispersi ialah cara mengubah
partikel-partikel kasar menjadi partikel koloid. Dapat dilakukan dengan cara:
- cara mekanik, cara ini memecah partikel kasar menjadi halus, kemudian didispersikan kedalam medium pendispersi. Untuk memecah partikel kasar dapat dilakukan dengan menggerus, menggiling, atau dengan alat penggiling koloid.
- cara busur bredig, partikel-partikel fase pendispersi dibuat dengan menggunakan loncatan bung a api listrik. Cara ini biasa digunakan pada pembuatan sol logam.